Selasa, 17 April 2012

MAKLAH "PEMIKIRAN/PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN"

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Pada dasarnya manusia adalah mahluk budaya yang harus nembudayakan dirinya. Manusia sebagai mahluk budaya mampu melepaskan diri dari ikatan dan dorongannalurinya danmampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan mempelajari keadaan sekitar dengan pengetahuan yang dimilikinya. Kebudayaan mengajarkan kepada manusia beberapa hal penting dalamkehidupan seperti etika sopan & santun menjadikan ciri khas kebudayaan orang Indonesia. Kebudayaan dapat mempersatukan lapisan elemen masyarakat yang sebelumnya merenggang  akibat konflik yang nerkepanjangan dan dapt pula dijadikan alat komunikasi antar masyarakat. Rasa saling menhormati dan menghargai akan tumbuh apabila antar sesame manusia menjujung tinggi kebudayaan senagai alt pemersatu kehidupan, alat komunikasi antar sesama dan sebagai cirri khas suatu kelompok masyarakat. Kebudayaan berperan penting bagi kehisupan manusia dan menjadi alat untuk bersosialisasi dengan manusia yang lain dan padaakhirnya menjadi cirri khas suatu kelompok manusia. Manusia sebagai mahluksosial membutuhkan alat sebagai jembatan yang menghubungkan dengan manusia yang lain yaitu kebudayaan.
B.     TUJUAN
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang:
1.      Pengertian Budaya
2.      Pengertian Kebudayaan
3.      Wujud dan Komponen
4.      Komponen Kebudayaan
5.      Hubungan antara Unsur-unsur Kebudayaan
6.      Perubahan Sosial BudayaManusia dan Kebudayaan
7.      Pengembangan Kebudayaan Dewasa Ini
8.      Pemikiran Kebudayaan

C.     
BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN BUDAYA
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat (dalam bukunya Komunikasi Antarbudaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya) bahwa budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

B.     PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Dalam  http://prasetijo.wordpress.com/2008/09/11/definisi-kebudayaan-menurut-parsudi  banyak pendapat yang menyatakan pengertian kebudayaan. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

C.    WUJUD DAN KOMPONEN
Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya, J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
1.      Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2.      Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.


3.      Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

D.    KOMPONEN KEBUDAYAAN
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
1.      Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
2.      Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat dan lagu atau tarian tradisional.


E.     HUBUNGAN ANTARA UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Komponen-komponen atau unsur-unsur utama dari kebudayaan antara lain:
1.      Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan. Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian. Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu: alat-alat produktif, senjata, wadah, alat-alat menyalakan api, makanan, pakaian, tempat berlindung dan perumahan dan alat-alat transportasi.
2.      Sistem mata pencaharian
Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya: berburu dan meramu, beternak, bercocok tanam di ladang dan  menangkap ikan.
3.      Sistem kekerabatan dan organisasi sosial
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Meyer Fortes dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral dan keluarga unilateral.
Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
4.      Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
5.      Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
6.      Sistem Kepercayaan
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.

F.     PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Ada tiga faktor yang dapat memengaruhi perubahan sosial:
  1. tekanan kerja dalam masyarakat
  2. keefektifan komunikasi
  3. perubahan lingkungan alam.
Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh, berakhirnya zaman es berujung pada ditemukannya sistem pertanian, dan kemudian memancing inovasi-inovasi baru lainnya dalam kebudayaan.

G.    MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat, sebagaimana yang diungkapkan oleh Dick Hartoko dalam  http://skyrider27.blogspot.com/2010/03/manusia-dan-kebudayaan.html bahwa manusia menjadi manusia merupakan kebudayaan. Hampir semua tindakan manusia itu merupakan kebudayaan. Hanya tindakan yang sifatnya naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan seperti makan karena makan merupakan suatu kebutuhan bukan kebudayaan hanya saja cara makan orang itulah yang merupakan kebudayaan seperti pakai tangan kosong atau sendok garpu, tetapi tindakan demikian prosentasenya sangat kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat beberapa proses belajar kebudayaan yaitu proses internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi.
Selanjutnya hubungan antara manusia dengan kebudayaan juga dapat dilihat dari kedudukan manusia tersebut terhadap kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai 1) penganut kebudayaan, 2) pembawa kebudayaan, 3) manipulator kebudayaan, dan 4) pencipta kebudayaan.
Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam rangka survival, maka manusia harus mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara. Hal yang dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan. Kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

H.    PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN DEWASA INI
Kebudayaan adalah hasil cipta, karsa dan rasa manusia oleh karenanya kebudayaan mengalami perubahan dan perkembangan sejalan dengan perkembangan manusia itu. Perkembangan tersebut dimaksudkan untuk kepentingan manusia itu sendiri karena kebudayaan diciptakan oleh dan untuk manusia.
Kebudayaan yang dimiliki suatu kelompok sosial tidak akan terhindar dari pengaruh kebudayaan kelompok-kelompok lain dengan adanya kontak-kontak antar kelompok atau melaui proses difusi. Suatu kelompok sosial akan mengadopsi suatu kebudayaan tertentu bilamana kebudayaan tersebut berguna untuk mengatasi atau memenuhi tuntunan yang dihadapinya.
Pengadopsian suatu kebudayaan tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor lingkungan fisik. Misalnya iklim topografi sumber daya alam dan sejenisnya. Dari waktu ke waktu, kebudayaan berkembang seiring dengan majunya teknologi (dalam hal ini adalah sistem telekomunikasi) yang sangat berperan dalam kehiduapan setiap manusia.
Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan-perubahan disegala bidang, termasuk dalam kebudayaan. Mau tidak mau kebudayaan yang dianut suatu kelompok sosial akan bergeser. Suatu kelompok dalam kelompok sosial bisa saja menginginkan adanya perubahan dalam kebudayaan yang mereka anut, dengan alasan sudah tidak sesuai lagi dengan zaman yang mereka hadapi saat ini. Namun, perubahan kebudayaan ini kadang kala disalah artikan menjadi suatu penyimpangan kebudayaan.
Hal yang terpenting dalam proses pengembangan kebudayaan adalah dengan adanya kontrol atau kendali terhadap prilaku reguler (yang tampak) yang ditampilkan oleh para penganut kebudayaan. Karena tidak jarang perilaku yang ditampilkan sengat bertolak belakang dengan budaya yang dianut didalam kelompok sosial yang ada di masyarakat. Sekali lagi yang diperlukan adalah kontrol / kendali sosial yang ada di masyarakat sehingga dapat memilah-milah mana kebudayaan yang sesuai dan mana yang tidak sesuai.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa kebudayaan mengalami perkembangan (dinamis) sesuai dengan perkembangan manusia itu sendiri, oleh sebab itu tidak ada kebudayaan yang bersifat statis. Dengan demikian, kebudayaan akan mengalami perubahan. Ada lima penyebab terjadi perubahan kebudayaan yaitu:
  1. Perubahan lingkungan alam
  2. Perubahan yang disebabkan adanya kontak dengan kelompok lain
  3. Perubahan karena adanya penemuan (discovery)
  4. Perubahan yang terjadi karena suatu masyarakat atau bangsa mengadopsi beberapa elemen kebudayaan material yang telah dikembangkan oleh bangsa lain ditempat lain.
  5. Perubahan yang terjadi karena suatu bangsa memodifikasi cara hidupnya dengan mengadopsisuatu pengetahuan atau kepercayaan baru atau karena perubahan dalam pandangan hidup dan konsepsinya tentang realitas.
Namun, perubahan kebudayaan sebagai hasil cipta, karsa dan rasa manusia adalah tentu saja perubahan yang memberi nilai manfaat bagi manusia dan kemanusian, bukan sebaliknya yaitu yang akan memusnakan manusia sebagai pencipta kebudayaan tersebut.

I.       PEMIKIRAN KEBUDAYAAN
Fenomena kehiruk-pikukan akan produk budaya di atas memunculkan sebuah pertanyaan: apa yang menyebabkan produk budaya lahir dan berkembang? Akal manusia adalah sarana yang menjadi kunci utamanya. Keberadaan akal tersebut menjadi vital karena digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Kebutuhan dan kenginan yang bersifat dorongan internal tersebut hanya bisa dipenuhi oleh keberadaan materi yang berada di luar diri manusia sendiri yaitu lingkungan. Akal membuat manusia berpikir mencari cara mengolah lingkungan, agar segala sesuatu yang ada di lingkungan bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan yang ada.
Dalam konteks ini, akal manusia sepertinya tidak akan berfungsi jika tidak dihadapkan pada sebuah situasi yang menuntut pemenuhan kebutuhan hidup dan jika tidak ada lingkungan di sekitarnya yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut. Maka keberadaan lingkungan menjadi pemicu bergeraknya akal manusia untuk menciptakan produk-produk pemenuh/pemuas kebutuhan. Prinsipnya budaya lahir atas dasar dua hal, yaitu lingkungan dan manusia. Manusia memiliki kebutuhan dan keinginan yang harus dipenuhi, sementara lingkungan memiliki segala hal yang dibutuhkan manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya itu.
Faktanya, lingkungan yang dihadapi oleh setiap manusia berbeda satu sama lain. Masing-masing lingkungan fisik tersebut membawa efek psikologis yang relatif berbeda-beda bagi setiap orang maupun sekelompok orang yang mendiaminya. Lingkungan di pegunungan yang dipenuhi pepohonan hijau ternyata membawa dampak tertentu terhadap perilaku individu, yang berbeda dengan dampak yang dibawa oleh lingkungan pantai atau bahkan lingkungan padang pasir yang gersang. Telah dibuktikan pula bahwa tingkat keramaian membawa efek psikologis yang berbeda bagi individu-individu yang berada di dalamnya. Begitu pula dengan efek psikologis yang ditimbulkan oleh sebuah lingkungan dengan tingkat persaingan yang tinggi di dalamnya. Perbedaan lingkungan secara fisik pun melahirkan perbedaan dalam cara berinteraksi antarindividu di dalamnya. Artinya, produk budaya yang dilahirkan pun berbeda satu sama lain.
Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas, bisa dipahami bahwa produk budaya mencerminkan apa yang dipikirkan oleh manusia. Pemikiran tersebut merupakan cerminan dari kebutuhan dan keinginan yang muncul pada suatu masa tertentu. Kebutuhan dan keinginan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di mana individu atau sekelompok individu itu berada. Dalam kaitannya dengan komunikasi, ketika sesuatu bisa dimaknai secara subjektif oleh individu, pada saat itulah sesuatu itu bisa dilihat sebagai sebuah fenomena komunikasi. Produk budaya secara tidak langsung menyampaikan pesan kepada orang yang mempersepsinya tentang konteks penciptaannya. Di dalamnya berisi informasi tentang kapan, di mana, siapa, mengapa, dan bagaimana produk itu dibuat.

BAB III
SIMPULAN

1.      Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
2.      Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
3.      Kebudayaan mengalami perkembangan (dinamis) sesuai dengan perkembangan manusia itu sendiri, oleh sebab itu tidak ada kebudayaan yang bersifat statis. Dengan demikian, kebudayaan akan mengalami perubahan.
4.      Produk budaya mencerminkan apa yang dipikirkan oleh manusia. Pemikiran tersebut merupakan cerminan dari kebutuhan dan keinginan yang muncul pada suatu masa tertentu. Kebutuhan dan keinginan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di mana individu atau sekelompok individu itu berada


DAFTAR PUSTAKA

Nugroho Widyo, Muchji Ahmad.1994. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta:  Universitas Gunadarma
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. 2006. Bandung: Remaja Rosdakarya.hal.25
O'Neil, D. 2006. Processes of Change.------------------------------
O'Neil, D. 2006. Cultural Anthropology Tutorials. Behavioral Sciences Department, Palomar College, San Marco, California. Retrieved: 2006-07-10.


PEMIKIRAN/PERKEMBANGAN  BAHASA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Semester II
Program Strata Satu Fakultas Tarbiah
Mata kuliah : FILSAFAT ILMU
Dosen
StainuTAUFIK HIDAYAT TR, M.Pd





OLEH
            ADMIYATI                                       NIM    (2104053)
            AHMAD MUKHLISON                  NIM    (2104054)
             ALHIDAYATI  VAJRI  KM         NIM    (2104055)
            ANGGI  PRATAMA                                   NIM    (2104056)
            DWI RETNO UTAMI                     NIM    (2104057)
            FAHRONI                                         NIM    (2104058)
FARIDA ULINNUHA                     NIM    (2104059)
HANAFI                                            NIM    (2104061)
HARUN                                             NIM    (2104062)
IBNU SYARIF AL BANA              NIM    (2104063)
IVA YULI                                         NIM    (2104064)
KUTUBI                                            NIM    (2104065)
S1/PAI/II/G
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA
(STAINU) KEBUMEN
2010

BAB I
PENDAHULUAN

A.    PENDAHULUAN
Pengolahan berpikir diaktifkan melalui simbol-simbol yang telah dikembangkan untuk mengidentifikasi dan menggambarkan sensasi yang disebabkan oleh integrasi berbagai stimulus berdampak pada indera. Sensasi tersebut membantu individu untuk mengatur berbagai persepsi-persepsi ini akal menjadi (intuisi, firasat) pemahaman tunggal. Pemahaman  ini kemudian tunduk pada pengembangan atau adopsi representasi simbol (bahasa) yang tidak hanya memungkinkan kita untuk secara sadar memahami ide yang disebabkan oleh sensasi, tapi untuk berkomunikasi dengan baik.
Bahasa adalah aspek yang paling penting dalam kehidupan semua makhluk. Kami menggunakan bahasa untuk mengungkapkan pikiran batin dan emosi, masuk akal pemikiran kompleks dan abstrak, belajar untuk berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi keinginan kita dan kebutuhan, serta menetapkan peraturan dan mempertahankan budaya kita. Bahasa dapat didefinisikan sebagai verbal, fisik, biologis bawaan, dan bentuk dasar komunikasi.
Bakan yang lebih penting lagi, berkembangnya bahasa sebagai ilmu pengetahuan tertama tetang peranan bahasa daam pengembangan metode ilmiah, logika dan epistemologi. Pada zaman modern ini terdapat tokh-tokoh filsafat modern yang memiliki penganut yang sangat kuat terhadap berkembangnya filsafat analitika bahasa.

B.     TUJUAN
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang :
1.      Pengertian bahasa
2.      Tahapan studi linguistik
3.      Dialog dan ragam bahasa
4.      Keterkaitan antara bahasa dan pemikiran
5.      Pemikiran bahasa
6.      Perkembangan bahasa







BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN BAHASA
Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang memungkinkan objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol abstrak. Dengan adanya transformasi ini maka manusia dapat berpikir mengenai tentang sebuah objek, meskipun objek itu tidak terinderakan saat proses berpikir itu dilakukan olehnya (Surya Sumantri, 1998).
Materi bahasa bisa dipahami melalui Linguistik sebagaimana dikemukakan oleh Yudibrata bahwa linguistik adalah ilmu yang mengkaji bahasa, biasanya menghasilkan teori-teori bahasa; tidak demikian halnya dengan siswa sebagai pembelajar bahasa, (1998: 2)
Dalam proses berbahasa terjadi proses memahami dan menghasilkan ujaran,  berupa kalimat-kalimat. Karena itu, Emmon Bach (Tarigan, 1985: 3) mengemukakan bahwa psikolinguistik adalah suatu ilmu yang meneliti bagaimana sebenarnya para pembicara/pemakai  bahasa membentuk/ membangun kalimat-kalimat bahasa tersebut.
Dalam berbagai kamus umum, linguistik didefinisikan sebagai ‘ilmu bahasa’ atau ‘studi ilmiah mengenai bahasa’ (Matthews 1997). Dalam The New Oxford Dictionary of English (2003), linguistik didefinisikan sebagai berikut:
The scientific study of language and its structure, including the study of grammar, syntax, and phonetics. Specific branches of linguistics include sociolinguistics, dialectology, psycholinguistics, computational linguistics, comparative linguistics, and structural linguistics.”
Ilmu bahasa yang dipelajari saat ini bermula dari penelitian tentang bahasa sejak zaman Yunani (abad 6 SM). Secara garis besar studi tentang bahasa dapat dibedakan antara (1) tata bahasa tradisional dan (2) linguistik modern. Selanjutnya Linguistik dapat dibagi menjadi beberapa cabang yaitu, fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.

B.      TAHAPAN STUDI LINGUISTIK
1.      Tahap pertama yaitu tahap spekulasi maksudnya pernyataan tentang bahasa tidak didasarkan pada data empiris, melainkan pada dongeng/cerita dan klasifikasi.
2.      Tahap kedua, tahap observasi dan klasifikasi. Pada tahapan ini diadakan pengamatan dan penggolongan terhadap bahasa-bahasa yang diselidiki, tetapi belum sampai pada merumuskan teori.
3.      Tahap ketiga, tahap perumusan teori atau membuat teori-teori, sehingga dapat dikatakan bersifat ilmiah.




C.    DIALOG DAN RAGAM BAHASA
Pada keadaannya bahasa Indonesia menumbuhkan banyak varian yaitu varian menurut pemakai yang disebut sebagai dialog dan varian menurut pemakaian yang disebut sebagai ragam bahasa.
Dialog dibedakan atas beberapa hal, yaitu :
1.      Dialog regional, yaitu rupa-rupa bahasa yang digunakan di daerah tertentu sehingga ia membedakan bahasa yang digunakan di suatu daerah dengan bahasa yang digunakan di daerah yang lain meski mereka berasal dari eka bahasa. Oleh karena itu, dikenallah bahasa Melayu, dialog  Jakarta (Betawi), dialog  Medan.
2.      Dialog sosial, yaitu dialek yang digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu atau yang menandai tingkat masyarakat tertentu. Contohnya dialog orang tua dengan anak muda.
3.      Dialog temporal, yaitu dialek yang digunakan pada kurun waktu tertentu. Contohnya dialog Melayu zaman Sriwijaya dan dialog Melayu zaman Abdullah.
4.      Idiolog, yaitu keseluruhan ciri bahasa seseorang. Sekalipun kita semua berbahasa Indonesia, kita masing-masing memiliki ciri-ciri khas pribadi dalam pelafalan, tata bahasa, atau pilihan dan kekayaan kata.




D.    KETERKAITAN ANTARA BAHASA DAN PEMIKIRAN
Pada hakikatnya dalam kegiatan berkomunikasi terjadi proses memproduksi dan memahami ujaran.  Dapat dikatakan bahwa psikolinguistik adalah studi tentang mekanisme mental yang terjadi pada orang yang menggunakan bahasa, baik pada saat memproduksi atau memahami ujaran .Dengan kata lain, dalam penggunaan bahasa terjadi proses mengubah pikiran menjadi kode dan mengubah kode menjadi  pikiran. Ujaran merupakan sintesis dari proses pengubahan konsep menjadi kode, sedangkan pemahaman pesan tersebut hasil analisis kode.
Bahasa sebagai wujud atau hasil proses dan sebagai sesuatu yang diproses baik berupa   bahasa  lisan  maupun  bahasa  tulis,  sebagaimana  dikemukakan   oleh  Kempen (Marat, 1983: 5) bahwa Psikolinguistik adalah studi mengenai manusia sebagai pemakai bahasa, yaitu studi mengenai sistem-sistem bahasa yang  ada pada manusia yang dapat menjelaskan cara manusia dapat menangkap ide-ide orang lain dan bagaimana ia dapat mengekspresikan ide-idenya sendiri melalui bahasa, baik secara tertulis ataupun secara lisan.
Apabila dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh seseorang, hal ini berkaitan dengan keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Manusia hanya akan dapat berkata dan memahami satu dengan lainnya dalam kata-kata yang terbahasakan. Bahasa yang dipelajari semenjak anak-anak bukanlah bahasa yang netral dalam mengkoding realitas objektif. Bahasa memiliki orientasi yang subjektif dalam menggambarkan dunia pengalaman manusia. Orientasi inilah yang selanjutnya mempengaruhi bagaimana manusia berpikir dan berkata.

E.     PEMIKIRAN BAHASA
Berasal dari istilah episteme yang berarti pengetahuan, epistemologi kini dikenal sebagai cabang kajian tentang bentuk-bentuk pengetahuan yang sahih. Sering pula disebut sebagai filsafat atau teori pengetahuan.
Lazimnya, selain logika dan matematika, epistemologi juga memandang bahasa sebagai piranti sangat penting untuk menghasilkan pengetahuan yang sahih. Dengan ungkapan lebih sederhana, bahasa merupakan salah satu sarana berpikir ilmiah, sekaligus juga sarana untuk menyampaikan hasil pemikiran ilmiah. Karena itu, penting sekali bagi siapa pun yang akan memasuki dunia pengetahuan secara umum untuk memahami hubungan antara bahasa dengan kegiatan berpikir.
Memang tidak banyak filsuf atau ilmuwan yang menaruh perhatian cukup besar terhadap hubungan antara bahasa dan pemikiran, apalagi dikaitkan dengan peradaban. Dari jumlah yang sedikit tersebut, bisa disebut antara lain Thomas Hobbes, Ludwig Wittgenstein, Ernest Cassirer, dan Michael Polanyi.
Mana yang lebih dulu dan lebih penting antara bahasa dan pemikiran? Bisakah tumbuh bahasa tanpa pemikiran? Mungkinkah pemikiran berlangsung tanpa bahasa? Barangkali itu merupakan sejumlah pertanyaan yang begitu menggoda untuk ditelaah terus-menerus.
Thomas Hobbes, seorang filsuf terkemuka berkebangsaan Inggris, mempertanyakan ”apa yang memungkinkan pengetahuan manusia terus-menerus berkembang?” Perenungannya sampai pada simpulan bahwa keistimewaan manusia terletak pada kemampuannya menandai secara simbolik setiap kenyataan. Contoh sangat sederhana tetapi cukup mengejutkan kita adalah, sebuah perhelatan yang demikian rumit seperti ini --- ada kepanitiaan, pidato ilmiah, tamu-tamu terhormat, paduan suara, prosesi anggota senat, spanduk, konsumsi dan sebagainya ----, bisa ditandai secara simbolik dengan istilah ”pengukuhan”, sebuah istilah yang sangat ringkas, sederhana, dan mudah dipahami. Memang salah satu fungsi bahasa adalah untuk membuat simplifikasi realitas yang kompleks agar mudah dipahami.
Manusia mampu membentuk lambang atau memberi nama guna menandai setiap kenyataan, sedangkan binatang tidak mampu melakukan itu semua. Karena ada sediaan nama-nama itu, maka manusia mampu memanggil kembali dan mengaitkannya satu sama lain. Ilmu dan filsafat dimungkinkan kelahirannya karena kemampuan manusia untuk merumuskan kata-kata dan kalimat.
Menjadi agak mudah bagi kita untuk memahami pernyataan seorang filsuf bahasa kenamaan Ludwig Wittgenstein bahwa ”batas bahasaku adalah batas duniaku” (Die Grenzen meiner Sprache bedeuten die Grenzen meiner Welt). Kalau ketidak-mampuan berbahasa adalah batas dunia binatang, maka kekurangcakapan berbahasa juga membatasi dunia manusia. Apabila  menghendaki memperluas dunia manusia, maka salah satu piranti utamanya adalah kecakapan berbahasa.
Ernest Cassirer, menggeser locus kajian filosofisnya pada persoalan hubungan antara bahasa dan pemikiran. Hasilnya, meskipun pada bidang kajian yang berbeda, mengingatkan tengara Emile Durkheim tentang kekhususan seorang pemikir luar biasa:
Memang Ernest Cassirer juga melahirkan suatu simpulan  yang berbeda dari kecenderungan pemikiran awam. Kalau kebanyakan dari kita meyakini bahwa pembeda utama manusia dari binatang adalah kemampuan berpikirnya, maka Cassirer menegaskan bahwa manusia menjadi begitu istimewa karena bahasa. Ungkapan Erving Goffman, ”... human beings are symbol-using creatures”, pada dasarnya sama dan sebangun dengan penyebutan Cassirer bahwa manusia adalah animal symbolicum.
Secara filosofis, sebutan manusia sebagai makhluk pengguna simbol memiliki cakupan lebih luas dibanding sebutan manusia sebagai makhluk berpikir (homo sapiens), karena hanya dan hanya bila menggunakan bahasa maka manusia bisa berpikir dengan runtut, teratur, canggih, dan abstrak. Lebih lanjut, semua prestasi kolektif manusia, seperti khasanah pengetahuan keilmuan, kemajuan peradaban, serta keadiluhungan budaya, hampir pasti tidak bisa diwujudkan tanpa peran bahasa sebagai prasyarat utama.
F.     PENGEMBANGAN BAHASA
Pengembangan bahas tidak lepas dari filsafat bahasa yang memiliki kekhususan yaitu masalah yang dibahsa berkenaan dengan bahasa yang lebih menekankan pada arti kata atau arti bahasa (semantik). Di dalam bahasa banyak ditemui kata yang bersinonim yang membuktikan bahasa itu berkembang. Struktur kalimat juga berkembang sesuai dengan ilmu pengetahuan yang meningkat, dahulu struktur kalimat memiliki pokok, sebutan, objek tetai sekarag sudah muncul subjek, predikat, keterangan dan ada lagi frase benda, frase kerja, dan frase  keterangan.
Ada juga kata pemimpin dengan pimpinan yang memiliki arti berbeda. Kata simpulan berasal dari kata kesimpulan. Jadi semakin banyak perubahan atau perkembangan bahasa itu, ilmu pengetahuan tentang bahasa juga semakin meningkat.
Ada juga yang memakai singkatan-singkatan atau akronim, seperti : OTISTA (Obrolan Artis dalam Berita), KISS ( Kisah Seputar Selebritis). Hukum  DM (Diterangakan, Menerangkan) juga merupakan pengembangan bahasa. Bahasa Indonesia hukum DM, contohnya: rumah putih  ( DM) dan dalam Bahasa Inggris white house (MD). Dahulu terdapat kata Sarjan Wanita ini memiliki hukum MD, muncul paradigma baru menjadi Wanita Sarjana dengan hukum (DM). Dalam kaidah ini yang benar adalah Wanita Sarjana karena Bahasa Indonesia memiliki EYD. Ini semua karena ilmu pengetahuan yang semakin berkembang.
BAB III
SIMPULAN

1.      Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang memungkinkan objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol abstrak. Dengan adanya transformasi ini maka manusia dapat berpikir mengenai tentang sebuah objek, meskipun objek itu tidak terinderakan saat proses berpikir itu dilakukan olehnya (Surya Sumantri, 1998).
2.      Tahapan belajar linguistik (bahasa) tahap spekulasi, tahap observasi dan klasifikasi, tahap perumusan teori atau membuat teori-teori
3.      Dialog dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain : dialog regional, dialog sosial, dialog temporal, idiolog
4.      Dalam penggunaan bahasa terjadi proses mengubah pikiran menjadi kode dan mengubah kode menjadi  pikiran. Ujaran merupakan sintesis dari proses pengubahan konsep menjadi kode, sedangkan pemahaman pesan tersebut hasil analisis kode.
5.      Pengembangan bahas tidak lepas dari filsafat bahasa yang memiliki kekhususan yaitu masalah yang dibahsa berkenaan dengan bahasa yang lebih menekankan pada arti kata atau arti bahasa (semantik)


DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Chaer. 2003. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Alwasilah, Chaedar. (1985). Linguistik Suatu Pengantar.Bandung: Angkasa.
Fromkin, Victoria & Robert Rodman. 1998. An Introduction to Language (6th Edition). Orlando: Harcourt Brace College Publishers.
Kaelan, M.S.1998.Filsafat Bahasa.Yogyakarta : Penerbit Paradigma
Ludwig, Wittgenstein, Tractatus Logico-Philosophicus, (London: Routledge & Kegan Paul, 1972), pp. 115.
Matthews, Peter. 1997. The Concise Oxford Dictionary of Linguistics. Oxford: Oxford University Press
Saliyanti.2004.Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa. Medan: Universitas Sumatera Utara
Soenjono, Dardjowidjojo. 2003. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia